August 27, 2006

The world makes way for the man who knows where he is going

Seorang kawan dari Bhutan (baca: negeri entah berantah di kaki gunung Himalaya) selalu menuliskan kalimat ini dalam e-mail-e-mail-nya kepada siapapun. Biasanya, gak sekalipun gw ambil pusing dengan kalimat itu. Bukan karena kepribadian yang cuek bebek, bukan juga karena gak lancar baca-tulis, tapi memang karena gak ngeh aja. Dan males mikir, hiks (maklum, lagi kram otak)...

Satu kali, dalam e-mail-nya mengenai sebuah tugas, dia juga sempat-sempatnya menuliskan kalimat tersebut di penghujung suratnya (kayaknya itu dia bikin jadi template footnote deh). Hmmm, secara gw lagi down dan lagi sensitif dengan gejolak kepribadian (hare gene masih krisis kepribadian???) yang sedang hancur lebur, kalimat tersebut begitu terasa menusuk, nyindir bin nyelekit, lebih pedes dari kata-kata yang sering keluar dari mulut si 'tante brisik' di kantor 'om brewok' dulu.

Memang bener, kalau seseorang tau kemana dia akan melangkah, dunia ( sebetulnya Tuhan sih, bukan dunia) pasti akan memberi jalan yang menuntun dia untuk mencapai tujuannya. Hmmm, itulah, kalau memang diri sendiri aja gak tau mau melangkah kemana, lah jalan mana yang mesti ditunjukin sama si Gusti bin Maha Pencipta itu?

Kalau dipikir-pikir (akhirnya gw mikir juga, hiks lagi...), dalam setiap episode hidup itu ada tiga kegiatan utama yang mesti dipenuhi; merencanakan, melaksanakan, dan menikmati. Kalau salah satu gak ada, maka bisa jadi episode tersebut cuma menjadi sepotong episode kehidupan yang menyedihkan.

Merencanakan: bukankah hidup itu tentang mendesain sebuah lukisan sebagaimana yang pernah terbayang di mimpi-mimpi sebelum ini, meskipun mimpi itu adalah mimpi basah yang memalukan namun nikmat?

Melaksanakan: bukankah hidup itu tentang bekerja, bekerja keras, bekerja lebih keras, bekerja ekstra keras, dan bekerja lebih keras lagi, bagai seorang buruh pabrik yang bercita-cita membeli sebuah rumah megah di sebelah rumah Inul di Pondok Indah?

Menikmati: bukankah merayakan sebuah kerja keras merupakan kesenangan tiada tara, bagai merayakan kemenangan dapat lotre setelah ribuan kali beli lotre dan gak pernah menang? (Lotre masih ada gak sih? Kayaknya pas jaman Harmoko masih ngejabat aja ada begituan. Kalo di Amsterdam banyaknya lonte, bukan lotre. Hihihi. Sensor ah!!!).

Nasihat yang baik buat diri sendiri (yang lagi gundah gulana dan bermuram durja(na)). Mulai untuk selalu merencanakan segala sesuatu, melaksanakan dengan sebenar-benarnya dan menikmati semua hasilnya sebagai bagian dari proses kehidupan yang menyenangkan. Karena tanpa kehadiran salah satu dari ketiga hal itu, hmmm rasanya semua cuma bakal jadi hidup basi yang gak penting bangettt....