May 06, 2006

Matahari, Hadiah Terindah dari Tuhan

Delft-NL, early spring, when sun finally showed up...

Baru ketika sampai di Eropa saya menjadi begitu mencintai matahari. Baru ketika menginjakan kaki di bumi makhluk berkulit putih ini, saya menyadari bahwa matahari tidak selalu hadir untuk semua orang di pelosok dunia, seperti yang saya pikir selama ini, sebagai seorang makhluk tropis.

Bagi kita yang tinggal di daerah tropis, matahari mungkin bisa jadi sangat menyebalkan. Tengah hari, ketika matahari bersinar terik, semua orang berusaha menghindarinya. Mereka bersembunyi dibalik gedung-gedung berpendingin, atau kalau terpaksa keluar, mereka akan bersembunyi di balik payung warna-warni, sekedar memalingkan muka dari tatapan sang surya.

Di negeri kumpeni ini, setelah enam bulan lamanya matahari bersembunyi entah dimana, kini dia muncul kembali. Orang-orang menyambut ceria. "....Spring is coming, spring is coming..." Sejak musim dingin dinyatakan berakhir dua pekan yang lalu, masyarakat disini seperti terlahir kembali.

Mereka keluar dengan pakaian baru. Jaket, sweater, dan baju-baju dingin lainnya sudah pasti masuk lemari. Kini, semua berganti dengan celana pendek, T-shirt, tank top, bahkan kaus kutang. Dan yang lebih ekstrim lagi, pakaian di beberapa tempat sudah tidak dibutuhkan lagi. Dua hari yang lalu, beberapa orang sudah mulai berjemur 'bugil-gil-gil' di Danau 'palsu' Delft.

--XXX: Speaking about 'bugil-gil-gil' itu, Kamis lalu (4/5), dengan malu-malu, saya bersama seorang teman dari Bhutan bersepeda ke danau buatan itu dengan niat memang memastikan apakah benar orang-orang Belanda suka berjemur tanpa sehelai benang pun disana. Dan ternyata, fenomena itu benar-benar nyata, saudara-saudara!!!!!!!!!

Mereka dengan tanpa malu-malu menatap balik ketika saya sempat 'ngelirik' (malu kalau menatap, takutnya malah dibilang pengen lagi. Padahal emang, kekekekek). "Kok saya yang jadi malu ya, padahal mereka yang bugil".
Si teman dari Bhutan ini bahkan sampai memalingkan muka di hadapan orang-orang bugil itu. Dia bilang, "Disgusting!!!!". Beda persepsi ya, kalau saya sih dalam hati bilang seru juga ngeliat begitu, rejeki, hahaha. Ancur gue (Nih anak alim banget. Ásli, seorang Budha yang baik dari pegunungan Himalaya)....XXX---

Balik ke topik semula, matahari, disini kafe-kafe pinggir jalan kembali semarak, setelah selama musim dingin sempat mati suri. Mereka (orang-orang Belanda dan turis eropa) duduk-duduk di cafe pinggir jalan, sambil menikmati secangkir kopi atau minuman dingin (harus bayar tentunya), dan curahan sinar matahari dari langit (kalau yang ini gratis, meski termasuk barang langka) .
Sepanjang Oude Delft sampai ke centrum Delft (alun-alun kota), semua penuh dengan manusia. Mereka bersantai, kongkow-kongkow bersama kawan-kawan atau pasangan, menikmati si saudara tua kita, sang surya, yang sudah enam bulan lamanya menghilang.
Selama enam bulan lamanya hidup dalam kungkungan jaket, rasanya nyaman sekali keluar tanpa jaket dan sweater. Hmm, saya bisa keluar dengan Polo shirt hijau lumut yang baru saja saya beli di toko Hmm, keceriaan spring (dan beberapa waktu ke depan summer) ini cuma karena kehadiran si saudara tua kita, sang surya, buah karya Tuhan yang maha agung. Kalau saja matahari tak pernah ada, mungkin hidup tak akan seceria hari-hari ini (scientifically, bukan hanya tidak ceria, bahkan manusia gak akan survive tauk, hehehe). Now, I think I m in love with the sun....

3 comments:

Anonymous said...

i wish i could see tulips... you are so lucky...

tom said...

honeybee, thanks atas commentnya...Hmm, it's just a matter of time. maybe tommorrow you will have a bunch of tulip garden in your house....hehehhe

Anonymous said...

permisi Mas Tom...
foto mataharinya boleh dipinjem ga??? tadi search di Google "sunshine" dan langsung dapet foto yang di sini. bagus banget fotonya. mo dipajang di blogku, tapi aku tulis kok asal fotonya...

makasih...

good luck :)

Regards,
TataRasyad

PS: silakan mampir ke: pipitembem.blogs.friendster.com